Cara Meningkatkan Produktivitas Tanaman Bawang

Bawang adalah tanaman dengan umbi yang berlapis. Tanaman bawang tergolong dalam komoditas penting yang sangat berarti bagi masyarakat. Bawang digunakan sebagai bumbu masakan maupun bahan makanan yang dikonsumsi tiap harinya. Bawang merah dapat tumbuh pada iklim tropis dan subtropis. Di Indonesia, yang umum dikonsumsi adalah bawang merah, bawang putih, bawang Bombay, dan daun bawang. Keempatnya dipakai sebagai bumbu masakan maupun pelengkap makanan. Konsumsi masyarakat Indonesia terhadap bawang cukup tinggi, yaitu 2,5 kg/kapita/tahun. Bawang juga dinilai sebagai komoditas yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Oleh karena itu, banyak petani yang memanfaatkan lahannya untuk ditanami bawang mulai dari bawang merah, bawang putih, bawang Bombay, dan juga daun bawang.

Tingginya konsumsi bawang harus diiringi oleh produksi bawang yang baik. Bawang dapat ditanam di seluruh daerah di Indonesia. Sehingga, tidak ada kendala terkait habitat tumbuh kembang bawang. Pada artikel kali ini, kita akan membahas apa saja yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tanaman bawang.

 

Pertumbuhan bawang tidak terlepas dari faktor lingkungan tumbuh. Layaknya makhluk hidup lain, lingkungan tumbuh yang mendukung akan meningkatkan produktivitasnya.  Adapun lingkungan tumbuh yang cocok bagi tanaman bawang adalah sebagai berikut. Tanaman bawang lebih cocok tumbuh di daerah beriklim kering. Tanaman bawang membutuhkan penyinaran matahari minimal 70%, dengan suhu udara 25 hingga 32 derajat Celsius. Tanaman bawang dapat membentuk umbi di daerah dengan suhu udaranya rata-rata 22°C, tetapi hasil umbinya tidak sebagus di daerah dengan suhu udara yang lebih panas. Bawang akan membentuk umbi lebih besar apabila ditanam di daerah dengan penyinaran lebih dari 12 jam. Di bawah suhu udara 22°C, tanaman bawang tidak akan dapat berumbi. Oleh karena itu, tanaman bawang lebih menyukai tumbuh di dataran rendah dengan iklim yang cerah.

Benih bawang yang berkualitas merupakan faktor penting selanjutnya. Varietas benih untuk budidaya bawang cukup banyak. Ada benih lokal hingga benih hibrida yang diimpor. Bentuk benihnya beragam, ada yang dari biji, ada juga berupa umbi. Kebanyakan budidaya bawang di sentra-sentra produksi menggunakan umbi sebagai benih.

Benih bawang yang baik berasal dari umbi yang telah dipanen tua, lebih dari 80 hari untuk dataran rendah dan 100 hari dataran tinggi. Benih bawang yang baik setidaknya telah disimpan 2 hingga 3 bulan. Ukuran benih sekitar 1,5 hingga 2 cm dengan bentuk yang bagus dan tidak cacat.

Pengolahan tanah merupakan faktor penting juga. Untuk penanaman bawang, tanah dibuat bedengan dengan lebar 1 hingga 1,2 meter, dengan tinggi 20-30 cm dan panjang sesuai dengan kondisi kebun. Tambahkan kapur atau dolomit sebanyak 1 hingga 1,5 ton per hektar apabila keasaman tanah kurang dari pH 5,6. Penambahan kapur setidaknya diberikan 2 minggu sebelum masa tanam.

Pengendalian hama dan penyakit adalah hal penting yang harus diperhatikan selanjutnya. Budidaya bawang memiliki banyak jenis hama dan penyakit. Namun, yang paling sering menyerang di sentra produksi adalah hama ulat dan penyakit layu. Hama ulat menyerang daun, gejalanya terlihat seperti adabercak putih pada daun. Bila daun diterawang terlihat seperti gigitan ulat. Hama ini ditanggulangi dengan pemungutan secara manual, ulat dan telur diambil untuk kemudian dimusnahkan. Bisa juga dengan menggunakan perangkap feromon sex. Bila serangan meningkat, kerusakan lebih dari 5% per rumpun daun, semprot dengan insektisida yang berbahan aktif klorfirifos.

Demikian artikel hari ini seputar cara untuk meningkatkan produksi pada tanaman bawang. Semoga informasi yang terdapat dalam artikel ini bermanfaat. Simak terus artikel Feromonbawang.com untuk mendapatkan informasi seputar pengendalian hama ulat bawang. Feromonbawang juga menyediakan Feromon Exi untuk mengendalikan serangan ulat bawang. Untuk info lebih lanjut, silahkan hubungi kontak yang terdapat di halaman utama Feromonbawang.com

Hama Pada Tanaman Bawang

Bawang merupakan tanaman yang memiliki umbi berlapis. Tanaman ini tergolong komoditas yang penting yang sangat berarti bagi masyarakat. Bawang digunakan sebagai bumbu masakan maupun bahan makanan yang dikonsumsi tiap harinya. Bawang merah dapat tumbuh pada iklim tropis dan subtropis. Di Indonesia, yang umum dikonsumsi adalah bawang merah, bawang putih, bawang Bombay, dan daun bawang. Keempatnya dipakai sebagai bumbu masakan maupun pelengkap makanan. Konsumsi masyarakat Indonesia terhadap bawang cukup tinggi, yaitu 2,5 kg/kapita/tahun.

Tingginya konsumsi bawang harus diiringi oleh produksi bawang yang baik. Bawang dapat ditanam di seluruh daerah di Indonesia. Sehingga, tidak ada kendala terkait habitat tumbuh kembang bawang. Namun, petani tetap harus berhadapan dengan musuh alamiah. Hama menjadi ancaman utama bagi perkebunan bawang. Pada artikel ini, kita akan membahas jenis-jenis hama yang menyerang tanaman bawang dan dampak yang diakibatkan oleh serangan hama tersebut.

Hama merupakan musuh alamiah berupa serangga atau hewan jenis lainnya yang menyerang tanaman. Tanaman yang merupakan makanan alamiah bagi hama cenderung akan terus diserang, khususnya pada musim kawin. Petani sangat mementingkan pengendalian hama agar produksi panen dapat maksimal. Banyak cara yang dilakukan oleh petani seperti pemberian insektisida, pestisida, dan lain sebagainya.

 

Tanaman bawang harus selalu dijaga agar tidak terserang hama. Adapun lima hama yang menyerang tanaman bawang adalah hama ulat tanah ( Agrotis ipsilon ), hama lalat penggorok daun ( Liriomyza sp ), hama thrips ( Thrips sp ), hama ulat grayak ( Spodoptera litura ), dan hama ulat daun ( Spodoptera exigua ).

Hama Ulat Tanah ( Agrotis ipsilon )

Ulat ini adalah jenis ulat yang cenderung aktif pada sore dan malam hari. Ulat ini umumnya menyerang tanaman yang berumur 5 hingga 6 hari. Ulat tanah menyerang bagian batang serta daun. Gejala yang ditimbulkan berupa tanaman seperti dikerat atau ditarik.

Hama Lalat Penggorok Daun ( Liriomyza sp )

Lalat penggorok daun adalah hama perusak yang berbahaya bagi bawang. Lalat ini juga menyerang tanaman selain bawang seperti seledri, tomat, timun, kacang panjang, dan tanaman lainnya. Gejala awal yang ditemui adalah munculnya bercak putih pada tanaman yang disebabkan oleh lalat betina saat bertelur. Larva dari lalat ini kemudian akan merusak keseluruhan tanaman bawang.

Hama Thrips ( Thrips sp )

Hama thrips termasuk hama polifag, yang menyerang hamper semua jenis tanaman. Hama ini termasuk Partenogenesis yang mampu berkembang biak tanpa proses perkawinan. Gejala awal serangan hama ini dapat ditemui pada bagian daun muda, pucuk, ataupun bunga. Daun yang terserang biasanya memiliki strip  keperakan yang akan perlahan-lahan mengubah warna daun dari hijau menjadi cokelat. 

Hama Ulat Grayak ( Spodoptera litura )

Hama ulat grayak merupakan ulat berwarna hijau saat kecil dan gelap saat dewasa. Ulat grayak cenderung aktif pada malam hari. Ulat ini biasanya menyerang bagian daun baik muda maupun tua. Gejala awal yang dapat ditemukan adalah daun yang berlubang.

Hama Ulat Daun ( Spodoptera exigua )

Hama ini berasal dari ngengat betina yang bertelur saat musim kawin. Telur akan menetas menjadi ulat daun yang akan menyerang tanaman bawang. Gejala serangan yang dapat ditemukan seperti tanaman layu secara tidak wajar dan bagian daun terlihat menerawang.


Demikian artikel hari ini seputar hama pada tanaman bawang. Semoga informasi yang terdapat dalam artikel ini bermanfaat. Simak terus artikel Feromonbawang.com untuk mendapatkan informasi seputar pengendalian hama ulat bawang. Feromonbawang juga menyediakan Feromon Exi untuk mengendalikan serangan ulat bawang. Untuk info lebih lanjut, silahkan hubungi kontak yang terdapat di halaman utama Feromonbawang.com.

Bawang Merah dan Pengendalian Spodoptera Exigua

Bawang merah merupakan tanaman yang memiliki umbi berlapis, berakar serabut, dengan daun berbentuk silinder berongga. Umbi bawang merah terbentuk dari pangkal daun yang bersatu dan membentuk batang, kemudian berubah bentuk dan fungsinya, dan akhirnya membentuk umbi berlapis. Umbi bawang merah mengandung vitamin C, kalium, serat dan asid folic, sulfur, serta kalsium dan zat besi yang tinggi.

Masalah utama dalam budi daya bawang merah adalah serangan hama ulat bawang (Spodoptera exigua). Hama ini merupakan hama utama di sentra produksi bawang merah. Hasil pengkajian Thamrin et al. (2003) di Sulawesi Selatan menunjukkan, Spodoptera exigua merupakan hama dominan pada tanaman bawang merah. Selanjutnya, Moekasan et al. (2005) melaporkan bahwa kehilangan hasil panen akibat serangan ulat bawang dapat mencapai 100% jika tidak dilakukan upaya pengendalian karena hama ini bersifat polifag. Ngengat betina meletakkan telur secara berkelompok pada daun bawang atau gulma di sekitarnya. Dalam waktu 2 hingga 3 hari, telur akan menetas dan ulat masuk ke dalam daun bawang untuk hidup dan berkembang (Samudra 2006).

Perkembangan dan proses reproduksi Spodoptera exigua dipengaruhi oleh juvenile hormon (JH), terutama dalam proses fisiologi. Petani biasanya mengendalikan Spodoptera exigua dengan menyemprotkan insektisida kimiawi berdosis tinggi. Penyemprotan dilakukan dua hari sekali sehingga tanaman aman dari serangan ulat bawang. Penggunaan insektisida yang intensif dapat menyebabkan hama menjadi resisten pada insektisida yang digunakan.

Feromon adalah zat yang berasal dari kelenjar endokrin dan digunakan oleh makhluk hidup untuk mengenali sesama jenis, individu lain, kelompok, dan membantu proses reproduksi. Feromon merupakan senyawa yang dilepas oleh salah satu serangga yang mempengaruhi serangga lain dengan adanya tanggapan fisiologi tertentu. Berbeda dengan hormon, feromon menyebar ke luar tubuh dan hanya dapat mempengaruhi dan juga dikenali oleh individu lain yang satu spesies.

Feromon seks serangga dapat dimanfaatkan untuk pengelolaan serangga hama, baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu untuk memantau serangga hama, sebagai perangkap massal, mengganggu perkawinan, dan bila  feromon sebagai atraktan dikombinasikan dengan insektisida dapat bersifat sebagai pembunuh (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2007). Feromon seks memiliki sifat yang spesifik untuk aktivitas biologis, di mana jantan atau betina dari spesies yang lain tidak akan merespons terhadap feromon yang dikeluarkan betina atau jantan dari spesies yang berbeda.

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB Biogen) telah mengembangkan inovasi teknologi feromon seks untuk mengendalikan hama ulat bawang. Penelitian feromon seks dilakukan secara bertahap mulai dari skala laboratorium sampai skala lapang dan uji coba di beberapa lokasi lapang.

Feromon sebagai penarik serangga jantan dewasa dipasang pada alat perangkap berupa stoples plastik yang dirancang khusus. Cara pengendalian ini lebih efektif, efisien, murah, dan ramah lingkungan dibandingkan dengan pengendalian menggunakan insektisida. Feromon seks mulai diaplikasikan saat tanaman berumur 3 hari. Feromon diletakkan pada perangkap dengan digantungkan di dalam toples plastik yang bagian bawahnya diisi air sabun. Perangkap berferomon ditempatkan pada pinggiran pertanaman bawang pada ketinggian 30 cm di atas permukaan tanah dengan jarak masing-masing perangkap 15 m. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa hasil bawang merah dengan menggunakan feromon seks lebih tinggi dibandingkan dengan cara petani. Hasil percobaan lapang menunjukkan pengaruh pemberian feromon terhadap produktivitas bawang. Hasil tertinggi diperoleh di Brebes (18-19 ton/ha). Sedangkan dengan cara manual, produksi hanya mencapai 13.5 hingga 14.25 ton/ha. Penggunaan Feromon sex jelas dapat mengendalikan serangan hama ulat bawang dan meningkatkan produktivitas bawang merah.

Simak terus artikel Feromonbawang.com untuk mendapatkan informasi seputar pengendalian hama ulat bawang. Feromonbawang juga menyediakan Feromon Exi untuk mengendalikan serangan ulat bawang. Untuk info lebih lanjut, silahkan hubungi kontak yang terdapat di halaman utama Feromonbawang.com