Feromon-EXI: Pengendali Hama Ulat Bawang yang Efektif

Hama Spodoptera Exigua adalah salah satu hama yang mengancam tanaman bawang.Hama ini menyebabkan kerugian besar hingga 50-60%, dan bahkan menyebabkan kegagalan panen di bawah dukungan iklim kering. Hama ulat bawang (Spodoptera sp.) Masih menjadi momok petani bawang merah Indonesia. Jika petani bersedia memberikan biaya yang cukup besar untuk mengendalikan dan memberantasnya, tidak mengherankan. Meskipun ulat bawang dewasa hanya kawin sekali dalam hidup mereka, ulat bawang betina dapat bertelur 300-500 telur / ekor per perkawinan.

Feromon-EXI dapat digunakan untuk mengatasi serangan hama ulat bawang yang mengancam pertumbuhan bawang merah. Feromon Exi, berasal dari kata Yunani “phero”, yang berarti “pembawa” dan “mone” (merasa). “Exi” sendiri adalah serangga, yang dikaitkan dengan jenis Exigua. Feromon adalah senyawa yang diproduksi dan dilepaskan oleh serangga untuk menarik serangga lawan jenis karena reaksi fisiologis tertentu. Zat tersebut berasal dari kelenjar endokrin.

Tidak seperti hormon, feromon ditransmisikan dalam tubuh manusia dan hanya dapat dikenali oleh individu sejenis lainnya (suatu spesies). Feromon pada awalnya ditemukan oleh ilmuwan Jerman Adolph Butenandt, yang juga menemukan hormon seks manusia, yaitu estrogen, progesteron, dan testosteron. Penemu feromon hewan (serangga) adalah Jean-Henri Fabre (Jean-Henri Fabre), yang mempelajari ngengat “Merak Besar” betina pada tahun 1870.


Dengan mengendus feromon, serangga jantan dapat mendeteksi keberadaan serangga betina dari jauh. Melalui serangkaian penelitian dan eksperimen jangka panjang, ditemukan bahwa sintesis feromon-Exi adalah penarik feromon seks, yang khusus digunakan untuk mengendalikan ulat bawang (Spodoptera exigua).

Feromon Exi digunakan pada awal penanaman untuk mencegah susu terserang sejak usia dini. Perangkap feromon adalah tangki plastik yang dirancang khusus di mana bagian atas senyawa feromon seks ditangguhkan di bagian bawah, dan bagian bawah diisi dengan air. Perangkap feromon ditempatkan secara acak di tepi tanaman bawang, berjarak 15 m dari setiap perangkap. Tempatkan perangkap feromon pada ketinggian 30 cm dari tanah.


Uji coba lapangan menunjukkan bahwa tanaman bawang yang tidak diobati dengan feromon seks perlu disemprot dengan 12 insektisida (untuk mengendalikan ulat) dan 3 semprotan dengan insektisida (untuk mengendalikan Grandong). Yang artinya, penyemprotan harus dilakukan setiap dua hari untuk mengendalikan hama pada tanaman bawang.
Sementara itu, tanaman bawang yang diberi feromon seks disemprotkan hanya 3 kali (untuk mengendalikan ulat bulu) dan 3 kali (untuk mengendalikan Grandong). Dalam hal ini, penyemprotan kedua dilakukan karena petani bawang telah menginvasi tanaman bawang selama percobaan. Dalam perangkap feromon, rata-rata, seharusnya ada tidak kurang dari 200 serangga jantan dalam semalam.


Beberapa kelebihan Feromon-EXI dibanding cara pengendalian lainnya adalah:

1Teknologi ini bersifat ramah lingkungan, tidak mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan.

2 Bersifat selektif untuk spesies hama tertentu dan mampu menekan populasi serangga secara nyata.
3 Biaya yang dialokasikan lebih murah.


Sebagai perbandingan, biaya menggunakan perangkap cahaya adalah sekitar 1-2 juta rupiah per hektar, tidak termasuk biaya tambahan penyemprotan pestisida. Pada saat yang sama, penyemprotan pestisida dalam jumlah besar dapat menelan biaya 6 juta rupiah.
Saat in Feromon-Exi sudah diproduksi secara komersial oleh CV NUSAGRI dan sudah memperoleh ijin edar melalui Kementerian Pertanian RI dengan nomor registrasi RI 01070120134573 .

Untuk pemesanan feromon exi silahkan hubungi via WA https://wa.me/6285710794730 (CV. Nusagri)
Demikian artikel hari ini seputar feromon-Exi. Semoga informasi yang terdapat dalam artikel ini bermanfaat. Simak terus artikel Feromonbawang.com untuk mendapatkan informasi seputar pengendalian hama ulat bawang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *