12 JENIS BAWANG MERAH DI INDONESIA

Bawang merah merupakan salah satu Komoditas utama di Tanah Air kita tercinta, Indonesia. Siapa yang tidak tahu bawang merah? Pasti kita semua sudah tahu komoditas tersebut, karena biasanya digunakan untuk penyedap masakan atau menambah cita rasa masakan.

Tapi tahukah kamu bawang merah pun ada banyak jenisnya, yang biasa kita temui di pasaran atau dapur merupakan salah satu dari 12 jenis bawang merah yang ada di Indonesia.

Simak artikel berikut yuk untuk menambah pengetahuan kita tentang jenis-jenis bawang merah.

  • BAWANG MERAH BREBES

Bawang merah Bima Brebes merupakan bawang merah varietas lokal Brebes yang dilepas sejak tahun 1984. Varietas bawang merah satu ini cocok untuk ditanam di dataran rendah, serta memiliki ciri seperti kisaran tinggi 25 hingga 44 sentimeter, jumlah anakan antara 7 hingga 12 per rumpun, daun berbentuk silindris dan berlubang, dan umur panen mencapai 60 hari.

  • BAWANG MERAH KUNING

Masih varietas lokal Brebes, ada bawang merah varietas kuning yang dilepas pada tahun 2001. Varietas bawang merah satu ini cocok untuk ditanam di dataran rendah hingga dataran medium pada musim kemarau. Adapun ciri dari bawang merah satu ini adalah rerata tingginya 35.3 sentimeter, jumlah anakan 7 hingga 12 per rumpun, serta daun silindris dan berwarna hijau kekuningan.

  • BAWANG MERAH MAJA

Berasal dari lokal Cipanas, ada bawang merah Maja Cipanas yang dilepas pada tahun 1984. Varietas bawang merah satu ini cocok untuk ditanam di dataran rendah dan dataran tinggi. Sayurfriends bisa mengenalinya dari tingginya yang berkisar antara 24.3 hingga 43.7 sentimeter, jumlah anakan 6 hingga 12 per rumpun, serta daun silindris berlubang berwarna hijau agak tua.

  • BAWANG MERAH KRAMAT-1

Hasil persilangan antara bawang merah Maja Cipanas dengan bawang bombai menghasilkan jenis bawang merah baru yaitu bawang merah Kramat 1. Varietas satu ini cocok untuk ditanam di dataran rendah dan medium di musim kemarau. Adapun karakteristiknya yakni memiliki tinggi antara 27 hingga 49.6 sentimeter, jumlah anakan 6 hingga 9 per rumpun, dan daun hijau tua.

  • BAWANG MERAH KRAMAT-2

Persilangan varietas Maja Cipanas dengan bawang bombai juga menghasilkan varietas Kramat-2. Varietas ini cocok ditanam di musim penghujan dan musim kemarau, pada ketinggian lebih rendah dari 800 mdpl. Varietas ini bisa dikenali dari tingginya yang berkisar antara 25 hingga 49 sentimeter, jumlah anakan 5 hingga 8 per rumpun, dan daun silindris seperti pipa berwarna hijau tua.

  • BAWANG MERAH MENTES

Bawang merah jenis Mentes merupakan bawang merah hasil persilangan antara B 3117 dengan B 3115. Varietas satu ini cocok ditanam di dataran rendah dengan ketinggian antara 6 hingga 85 mdpl. Adapun karakteristik dari varietas bawang merah satu ini yaitu tingginya sekitar 42.07 sentimeter, jumlah anakan 8 hingga 12 umbi per rumpun, daun bulat dengan warna hijau muda.

  • BAWANG MERAH PANCASONA

Pancasona merupakan varietas bawang merah yang dirilis pada tahun 2011 silam, yang menjadi hasil persilangan antara B 2275 dengan B 4127. Bawang merah Pancasona ini cocok ditanam di daerah dataran rendah dengan ketinggian 6 hingga 85 mdpl. Karakteristiknya adalah tinggi sekitar 41.13 sentimeter, jumlah anakan 3 hingga 7 per rumpun, dan daun bulat berwarna hijau tua.

  • BAWANG MERAH TRISULA

Bawang merah Trisula merupakan varietas yang dirilis pada tahun 2011, yang menjadi hasil persilangan antara B2558 dengan B 4127. Varietas satu ini cocok ditanam di dataran rendah dengan ketinggian antara 6 hingga 85 mdpl. Bawang merah Trisula bisa dikenali dari tingginya yang sekitar 39.92 sentimeter, jumlah anakan 5 hingga 8 umbi per rumpun, dan daun bulat hijau tua.

  • BAWANG MERAH PIKATAN

Pikatan merupakan varietas bawang merah yang dirilis pada tahun 2011 lalu, hasil persilangan antara B 2558 dengan B 3155. Bawang merah ini cocok ditanam di dataran dengan dengan ketinggian 6 hingga 85 mdpl. Adapun ciri dari varietas ini adalah tingginya sekitar 39 sentimeter, jumlah anakan 5 hingga 8 umbi per rumpun, daun agak pipih berkerut berwarna hijau tua.

  • BAWANG MERAH KATUMI

Hasil persilangan antara bawang merah Singkil Gajah dengan bawang  merah Thailand menghasilkan bawang merah varietas Katumi. Varietas ini cocok ditanam di dataran rendah dengan ketinggian 6 hingga 80 mdpl. Jenis bawang merah ini memiliki tinggi sekitar 35 hingga 46.2 sentimeter, jumlah anakan 9 hingga 11 umbi per rumpun, dan daun silindris berwarna hijau muda.

  • BAWANG MERAH SEMBRANI

Bukan Kuda Sembrani ya geng..hehe

Sembrani merupakan varietas bawang merah hasil persilangan antara bawang merah Thailand dan bawang bombai. Varietas yang dirilis pada tahun 2011 ini cocok ditanam di dataran rendah dengan ketinggian 6 hingga 80 mdpl. Bawang merah Sembrani memiliki tinggi sekitar 44.3 hingga 56.2 sentimeter, jumlah anakan 4 hingga 5 per rumpun, dan daun silindris hijau muda.

  • BAWANG MERAH TSS AGRIHORT-1

Pemurnian yang dilakukan terhadap bawang merah varietas Maja menghasilkan bawang merah TSS Agrihort 1. Varietas satu ini bisa dikenali dari tingginya yang berkisar antara 37.6 hingga 37.9 sentimeter, daun silindris, serta umbi pipih bulat berwarna merah muda. Bawang Merah TSS Agrihort 1 memiliki keunggulan berupa potensi produksi yang tinggi.

Nah..itu tadi jenis-jenis bawang merah yang ada di Indonesia, semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan kalian tentang Bawang Merah ya. Jangan lupa baca artikel-artikel lain dari feromon bawang untuk tips,info dan hal lain seputar Budidaya Tanaman Bawang.

Pemanfaatan Limbah Kulit Bawang Merah dan Ampas Kelapa

Produksi bawang merah dan kelapa dalam beberapa tahun ini sangatlah berlebih dan beriringan kepada dampak limbah yang dihasilkan dari kedua produk pertanian tersebut. Limbah dari kedua olahan produk harus diperhatikan karena ketika melakukan kelalaian akan menimbulakn masalah jika tidak ditangani dengan baik.

Limbah kulit bawang merah masih minim untuk digunakan dan hampir sebagian besar rata-rata dibuang tanpa adanya pemanfaatan. Menurut Rezkiwati mengatakan bahwa limbah kulit bawang merah yang dijadikan pupuk organik berbentuk cair dan dapat menggantikan pupuk kimia seperti ZA dan urea. Limbah ampas kelapa dapat digunakan untuk pakan ternak dan sebagian masih terbuang sia-sia. Kandungan zat yang terdapat pada kelapa yaitu kalori, air, protein, lemak, karbphidrat, Ca, P, Fe, Vitamin A, vitamin B1 dan vitamin C.

Pemasalahan sampah menjadi pekerjaan rumah yang harus segera ditangani. Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup, komposisi dari sampah terbesar yaitu sampah rumah tangga dan komposisi terbesar dalam sampah rumah tangga adalah limbah organik sebanyak 60%.

Sampah kulit bawang merah sudah banyak dimanfaatkan sebagai campuran pupuk dan berhasil membuat tanaman tumbuh lebih optimal. Adanya zat dan senyawa yang terdapat di bawang merah bisa memberikan kesuburan yang berguna untuk mempercepat pertumbuhan buah dan bunga pada tanaman.Contoh pemanfaatan kulit bawang merah yang diterapkan di daerah Jakarta Timur oleh masnyarakat setempat.

Ada 3 mmanfaat dari kulit bawang merah untuk tanaman yaitu pertama sebagai Pupuk Organik Cair ( POC), kandungan unsur hara pada kulit bawang merah seperti Kalium (K), Magnesium (Mg), Fosfor (P), dan Besi (Fe). Kedua sebagai Zat Pengatur Tumbuhan (ZPT) dalam kulit bawang merah terdapat hormon auksin dan giberelin sebagai hormon pertumbuhan. Ketiga sebagai pestisida nabati, kandungan senyawa acetogenin di dalam kulit bawang merah. Aplikasi pestisida nabati untuk mengendalikan organ percernaan hama serangga yang akan menyerang tanaman.

Contoh kasus kompos kulit bawang merah dan NPK berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman cabai dengan dosis interaksi kompos kulit bawang merah dan NPK sebanyak 600 gram/polibag kompos kulit bawang dan 1,85 gram/polibag NPK.

Berdasarkan penelitian, unsur hara mikro seperti nitrogen dan fosfor dalam pembuatan kompos organik kelapa relatif  sama dengan pupuk kandang dan unsur hara P dan K. Kelebihan lain pupuk organik limbah kelapa lebih cepat waktu pengomposannya dibanding dengan kompos pupuk kandang. Penggunaan limbah kelapa sebagai pupuk organik dapat dikembangkan dan sangat efisien serta efektif sebagai solusi untuk pengolahan limbah.

Jadi kesimpulan pemanfaatan limbah pertanian memiliki potensi sebagai pupuk organik, limbah kulit bawang merah dapat digunakan sebagai bahan baku pupuk organik dan berpengaruh nyata pada pertumbuhan beberapa tanaman dan limbah ampas kelapa dapat digunakan sebagai bahan baku pupuk organik dan berpegaruh nyata terhadap beberapa pertumbuhan tanaman.

Demikian artikel hari ini seputar pemanfaatan limbah kulit bawang merah dan ampas kelapa. Simak terus artikel Feromonbawang.com untuk mendapatkan informasi seta wawasan seputar pengendalian hama ulat bawang. Feromonbawang menyediakan Feromon Exi untuk mengendalikan serangan ulat bawang. Untuk info lebih lanjut, bisa langsung menghubungi kontak yang terdapat di halaman utama Feromonbawang.com

Pengelolaan Bawang Merah Menjadi Kerupuk

Bawang merah (Allium ascalonicum L) merupakan tanaman yang sering dijumpai di Indonesia. Komoditas ini sangat variatif pemanfaatannya dan nilai bisnis yang lumayan tinggi. Isu yang dibahas mulai dari yang bernilai positif seperti : produksi yang terus meningkat dan lahannya bertambah. Hingga isu-isu negatif seperti tidak aman bagi yang memiliki alergi terhadap bawang, dapat menyebabkan hearburn jika mengkonsumsi terlalu banyak atau berlebihan, terlalu banyak kalium buruk bagi kesehatan serta masih banyak lagi.

            Apakah kalian tahu apa saja produk turunan dari bawang merah? Mungkin banyak mengira bawang merah digunakan sebagai bumbu masak saja. Produk olahan atau turunan yang dapat dihasilkan dari bawang merah, sangat bervariasi sehingga peluang perkembangan produk olahan bawang merah masih sangat besar dan terbuka. Beberapa contoh produk turunan bawang merah diantaranya adalah bawang goreng, tepung bawang, pasta bawang, krupuk bawang dan lain-lain.

Kerupuk Bawang

Kerupuk bawang atau krupuk bawang merupakan cemilan yang dibuat dengan cara digoreng di dalam minyak panas. Kerupuk bawang jika diperhatikan secara sekilas mirip dengan keripik kulit pangsit. Sehingga banyak orang yang ketagihan untuk terus mengkonsumsi kerupuk bawang. Rasa kerupuk bawang yang gurih dan sedikit asin banyak digemari orang karena tekstur yang renyah di mulut. Berikut cara pembuatan kerupuk bawang :

Melelehkan margarin di dalam santan

Rasa dari kerupuk menjadi gurih ternyata santan yang memiliki peran tersebut menjadikan salah satu bahan cair untuk membuat adonan dari kerupuk. Pertama santan dimasak teelebih dahulu dan berbarengan lelehkan margarin di dalamnya. Kedua pastikan agar tekstur tidak rapuh dan tidak crumbly. Dan Penggunaan santan dibisa diganti dengan air agar lebih murah tetapi kualitas kerupuk menjadi kurang gurih.

Memastikan semua bahan bersuhu ruang

Semua bahan-bahan untuk membuat adonan, terutama bahan yang berbentuk cairan seperti santan, wajib dimasukkan ke dalam adonan suhu ruangan.

Gunakan irisan bawang untuk kerupuk lebih bertekstur

Bawang merah diiris tipis-tipis dan campurkan ke adonan. Karena bawang merah menjadi perasa utamanya.

Potong tipis adonan

Adonan yang sudah jadi dan matang dipotong menjadi tipis agar tekstur akhir dari kerupuk menjadi renyah.

Menjemur kerupuk

Adonan yang telah dipotong kemudian dijemur untuk menghilangkan kandungan air pada adonan.

Menggoreng dan menyimpan kerupuk

Pemilihan minyak goreng yang fresh menjadi kunci agar kerupuk beraroma sedap dan tidak tengik. Kemudian goreng dengan api kecil hingga kecoklatan lalu angkat dan tiriskan. Terakhir kerupuk dimasukkan ke dalam wadah tertutup dari udara saat sudah dingin dan mencegah terjadinya kerupuk menjadi melempem.

Demikian artikel hari ini seputar pengelolahan bawang menjadi kerupuk bawang dengan memanfaatkan produk sampingan yang memiliki nilai tambah lebih bagi petani. Simak terus artikel Feromonbawang.com untuk mendapatkan informasi serta wawasan seputar pengendalian hama ulat bawang. Feromonbawang menyediakan Feromon Exi untuk mengendalikan serangan ulat bawang. Untuk info lebih lanjut, bisa langsung menghubungi kontak yang terdapat di halaman utama Feromonbawang.com  

Perbandingan Pendapatan Petani Bawang Merah Dengan Feromon dan Tanpa Teknologi Feromon

Bawang merah merupakan salah satu komoditi yang dapat berpotensi meningkatkan nilai ekonomis tinggi untuk dikembangkan, kebutuhan konsumennya hampir sebagian besar digunakan untuk rumah tangga, industri pengolahan akanan seperti bumbu dapur atau masak dan masih banyak lagi.

            Masalah utama yang sering dihadapi petani dalam budidaya bawang merah ialah serangga Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yaitu hama ulat bawang (Spodoptera exigua). Feromon adalah suatu teknologi yang dikembangkan dan dikaji terus-menerus baik dalam skala laboratorium maupun praktek langsung di lapangan.

Penerapan teknologi feromon sendiri bermanfaat dapat mengurangi penggunaan insektisida, menurunkan biaya untuk produksi sampai Rp 2.000.000 per hektar dibandingkan tanpa menggunakan feromon yang mencapai Rp 4.000.000 sampai Rp 6.000.000 per hektar, untuk mengurangi intensitas hama yang menyerang bawang merah hingga 8% dibandingkan dengan tidak menggunakan feromon intensitas serangan hama mencapai 25%, Produksi menjadi meningkat, dan juga dapat memaksimalkan pendapatan petani.

            Feromon memiliki peluang untuk dikembangkan secara masif pada areal yang lebih luas, terutama pada daerah yang menjadi sentra bawang merah dan endemis serangan hama ulat bawang. Selain dapat meningkatkan pendapatan petani, adapun keuntungan yang bisa didapat selain pendapatan dengan menggunakan teknologi feromon yaitu sebagai berikut.

Penggunaan teknologi feromon dapat mengendalikan hama ulat bawang bukan memusnahkan atau menghilangkan populasi hama tersebut, terbukti berkurangnya aktivitas serangan hama yang telah memakai teknologi foromon. Perbandingan teknologi melakukan penyemprotan insektisida sebanyak enam kali dalam satu musim tanam, sedangkan yang tidak menggunakan feromon melakukan penyemprotan sebanyak 11 kali per musim tanam.

Penggunaan teknologi feromon dapat mengurangi biaya untuk pengendalian hama. Biaya pengendalian hama merupakan biaya tenaga kerja pengendali hama dan biaya pembelian insektisida. Contoh kasus di Desa Songan B, Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli, tekonologi menggunakan feromon butuh mengeluarkan biaya tenaga kerja pengendali hama sebesar Rp 509.800/ha/MT, sedangkan tanpa menggunakan teknologi feromon sebesar Rp 1.048.125/ha/MT (51,36% lebih tinggi). Biaya pembelian feromon dan insektisida sebesar Rp 1.594.305/ha/MT, sedangkan tidak menggunakan teknologi feromon sebesar Rp 4.871.542/ha/MT (67,27% lebih tinggi).

Penggunaan teknologi feromon dapat mengurangi aktivitas pengendalian hama dan penggunaan insektisida yang memiliki dampak positif untuk petani bawang merah karena pencemaran atau pengrusakan lingkungan dapat dihindari dan menjaga keragaman, sehingga menghasilkan produk bawang merah yang lebih sehat serta aman untuk di konsumsi.

Demikian artikel hari ini seputar perbandingan pendapatan petani bawang merah dengan teknologi feromon dan tanpa teknologi feromon informasi ini dapat bermanfaat. Simak terus artikl Feromonbawang.com untuk mendapatkan informasi seta wawasan seputar pengendalian hama ulat bawang. Feromonbawang menyediakan Feromon Exi untuk mengendalikan serangan ulat bawang. Untuk info lebih lanjut, bisa langsung menghubungi kontak yang terdapat di halaman utama Feromonbawang.com